Sabtu, 08 April 2017

Sejarah Kain Sirangan

Sejarah Sasirangan

                       Kain Sasirangan umumnya digunakan sebagai kain adat yang biasa digunakan pada acara - acara adat suku Banjar. Kata Sasirangan berasal dari kata menyirang yang berarti menjelujur. Karna dikerjakan dengan cara menjelujur dan kemudian diikat dengan tali rapia dan selanjutnya dicelupkan. Hingga kini Sasirangan masih dibuat secara manual. Menurut sejarah, Sasirangan merupakan kain sakral warisan abad ke- 12 saat Lambung Mangkurat saat menjadi patih negara Dipa. Awalnya, Sasirangan dikenal sebagai kain untuk batatamba atau penyembuhan orang sakit yang harus dipesan khusus terlebih dahulu atau pamintaan sehingga pembuatan Kain Sasirangan sering kali mengikuti kehendak pemesannya.

                Oleh karena itu, urang Banjar sering menyebut Sasirangan sebagai kain pamintaan yang artinya permintaan. selain itu, untuk penyembuhan orang orang sakit untuk orang yang tertimpa sakit. Kain ini juga merupakan kain sakral yang biasa dipakai pada upacara - upacara adat. Pada zaman dahulu kala, Kain Sasirangan diberi warna sesuai dengan tujuan pembuatannya, yakni sebagai sarana pelengkap dalam terapi pengobatan suatu jenis penyangkit tertentu yang diderita oleh seseorang. Arti warna Kain Sasirangan, yaitu ;
    1. Warna kuning, merupakan  tanda simbolis bahwa pemakainya sedang dalam proses pengobatan penyakit kuning atau dalam bahasa Banjar Kanawisa.
    2. Warna merah, merupakan tanda simbolis bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit sakit kepala dan sulit tidur atau Insomnia.
    3. Warna hijau, merupakan tanda simbolis bahwa pemakainnya sedang dalam proses mengobati penyakit tumbuh atau struk.
    4. Warna hitam, merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit demam dan kulit gatal - gatal.
    5. Warna ungu, merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit sakit perut, diare, disendri dan kolera,
   6. Warna coklat, merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit  tekanan jiwa atau stress.

                 Dahulu kala, Kain Sasirangan diberi warna dengan zat pewarna alami, yakni biji, buah, daun, kulit atau umbi tanaman.  Ada 6 warna utama Kain Sasirangan yang dibuat dari zat pewarna alami, yaitu ;
  1. Kuning, bahan pembuatnya dari kunyit atau temulawak.
  2. Merah, bahan pembuatnya dari gambir, buah mengkudu, lombok merah dan kesumba atau sonoklinten.
  3. Hijau, bahan pembuatnya adalah daun pudak atau jahe.
  4. Ungu, bahan pembuatannya adalah biji buah gandaria dan bahasa banjarnya gandaria.
  5. Hitam, bahan pembuatnya adalah kabuau atau uar
  6. Coklat, bahan pembuatnya uar atau kulit buah rambutan.

                 Setelah itu, warna - warna tersebut akan dicampur bahan - bahan lainnya seperti garam, jintan, lada, pala, cengkeh, jeruk nipis, tawas, cuka atau terusi.
                 Motif Sasirangan , motif yang umum diketahui, yaitu ;
  1. Iris Pudak
  2. Kambang Raja.
  3. Bayam Raja.
  4. Kurikit.
  5. Ombak Sinapur Karang.
  6. Bintang Bahambur
  7. Sari Gading.
  8. Kulit Kayu
  9. Naga Balimbut
10. Jajumputan.
11. Turun Dayang.
12. Kambang Tampuk Manggis.
13. Daun Jaruju.
14. Kangkung Kaombakan.
15. Sisik Tanggiling.
16. Kambang Tanjung.

            Berikut proses pembuatannya, siapkan bahan baku terlebih dahulu, kemudian kain dipotong sesuai ukuran yang dikehendaki, ketiga pembuatan motif, keempat kain dijahit atau dijelujur, setelah dijahit atau dijelujur kemudian kain diberi warna sesuai selera atau kehendk kita, setelah itu jahitan dilepas, setelah dilepas, kain dicuci hingga bersih dan beri pengawet agar warna nya dapat melekat dan dijemur sampai kering, tapa terakhir yaitu disetrika dan Kain Sasirangan pun bisa digunakan.

Akhirnyaa guyyssss, selsesaii jugaa. okee jngan lupa dilike n commen yaaa. Happy readingg


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sejarah Kain Sirangan

Sejarah Sasirangan                        Kain Sasirangan umumnya digunakan sebagai kain adat yang biasa digunakan pada acara - acara adat...